Laman

Jumat, 01 Maret 2013

TIZEN STORE, dimana aplikasi native dan HTML5 bertemu


Pada tanggal 26 Februari kemarin di sela-sela penyelanggaraan Mobile World Congress (MWC) 2013, Tizen Association meluncurkan TIZEN 2.0 sekaligus gathering di restaurant MontJuic di Barcelona, Spanyol. Selain mempromosikan penggunaan sistem operasi open source TIZEN kepada pengunjung yang hadir, juga demo toko aplikasi dan aplikasi yang berjalan pada smartphone referensi TIZEN 2.0.

Pada acara tersebut, Samsung Electronics memamerkan smartphone referensi TIZEN untuk pengembang melalui model RD-PQ berbasis SoC Exynos 4412 yang dikembangkan oleh Samsung bersamaan dengan Galaxy SIII. Perangkat prototipe yang dipamerkan didasarkan pada TIZEN 2.0 Magnolia, dimana Software Development Kit (SDK) dan Source Code nya sudah tersedia sejak 18 Februari yang lau. Aplikasi software untuk TIZEN yang sebelumnya cuma didasarkan pada bahasa pemrograman Web/HTML5, melalui TIZEN 2.0 sudah dapat menjalankan aplikasi menggunakan kode native C++.


Dalam demonstrasi, beberapa aplikasi Web dan native ikut ditunjukkan seperti Cut the Rope, game puzzle buatan ZeptoLab yang berbasis HTML5, Vimeo dan Mr. Radio yang juga berbasis HTML5 serta aplikasi native Asphalt 7, game racing terbaru dari Gameloft. Asphalt 7 terlihat berjalan tanpa lag dalam smartphone referensi Tizen, dan Hankil Yoon dari Samsung menjamin semua aplikasi baik berbasis Web dan native nantinya juga akan berjalan mulus pada smartphone TIZEN yang "sebenarnya."

Semua aplikasi dan game ini bisa diunduh dari "TIZEN STORE," sebuah toko aplikasi yang menggabungkan aplikasi web dan native di mana pengembang dapat mempublikasikan atau menjual aplikasi mereka. Selain itu juga dimungkinkan toko aplikasi lain untuk berjalan di perangkat TIZEN.


Sementara itu Kiyohito Nagata dari NTT DoCoMo yang merupakan ketua Tizen Association, mengatakan bahwa prestasi terbesar yang dibawa oleh TIZEN adalah keterbukaan yang dibawa oleh HTML5, termasuk dalam toko aplikasinya. Selain itu, keterbukaan TIZEN juga memungkinkan semua orang untuk secara bebas mengembangkan produk yang memenuhi kebutuhan penggunanya.

Meskipun Android juga merupakan sistem operasi open source, namun menurut Nagata ada banyak bagian yang dikembangkan secara tertutup oleh Google seperti toko aplikasi Google Play yang berada di bawah pengawasan ketat dari Google. Sebagai contoh, tidak mungkin untuk mengembangkan produk yang menggunakan hanya beberapa bagian dari Google Play.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar