Samsung Electronics telah muncul sebagai perusahaan teknologi global yang sepadan dengan raksasa IT asal Amerika Serikat Apple, tetapi kelemahan dalam software masih menjadi sorotan utama dari perusahaan Korea ini. Sekarang mereka berharap untuk memperluas kapabilitas software buatan sendiri dengan sistem operasi TIZEN.
Samsung rencananya akan menampilkan sebuah smartphone high-end yang berjalan pada OS TIZEN untuk klien mereka di Mobile World Congress (MWC) 2013 yang akan diselenggarakan di Barcelona dari 25-28 Februari. Namun acara tersebut tidak akan terbuka untuk umum.
Menurut Presiden dari Samsung Electronics untuk divisi IT dan Mobile, Shin Jong-kyun, Samsung berhasil mengalahkan Apple di sisi hardware berkat dukungan smartphone yang berkualitas tinggi, layar yang berukuran besar, dan itu semua menjadi aset yang paling berharga. namun untuk ekosistem software, masih sedikit tertinggal dibandingkan dengan pesaingnya itu.
Kekuatan ganda Apple terletak baik pada inovasi hardware (setidaknya pada awalnya) dan sistem operasi iOS untuk iPad, iPhone dan iPod touch. Ratusan aplikasi baru terus ditambahkan, berkat dukungan pengembang yang berlimpah. Sederhananya, Apple berhasil mengendalikan seluruh rantai distribusi serta konten untuk pasar mereka sendiri.
Samsung, di sisi lain, saat ini bergantung pada Google Android. Ini adalah OS open-source (menurut Google), namun pengembang memerlukan sertifikat merek dagang dari Google. Google Play adalah toko aplikasi tertutup yang dimiliki oleh Google, dengan pengembang aplikasi harus membayar iuran mereka untuk Google, bukan buat Samsung. Ada juga kekhawatiran bahwa Google akan mengkonversi Android menjadi OS yang lebih tertutup seperti Apple untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Karena tidak memiliki kontrol atas pengalaman total dan masa depannya seperti Apple, maka Samsung menaruh harapan pada TIZEN untuk mengejar ketertinggalannya. "Sulit untuk mengakui kepada publik tetapi Samsung sebenarnya iri kepada ekosistem mereka (Apple)," kata seorang pejabat industri, yang menolak disebutkan namanya. "Samsung jelas ingin mengontrol baik hardware dan software untuk lineup produk karena ingin meningkatkan margin pendapatan."
"Standar untuk mengukur keuntungan di smartphone bukan hanya dari pangsa pasar, namun lalu lintas di aplikasi. Apple masih mendominasi di depan Samsung, yang mana hanyalah salah satu vendor yang menggunakan Android," katanya.
TIZEN merupakan sistem operasi open source, berbasis Linux seperti halnya Android. Meskipun OS ini adalah sebuah kolaborasi antara Samsung dan Intel, namun Samsung adalah pemilik sekaligus pengembang dari software development kit (SDK) yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi untuk TIZEN, sebuah sertifikasi paling berharga untuk kepemilikan sebuah OS.
Samsung resmi mengumumkan bahwa mereka berencana untuk merilis ponsel TIZEN dalam tahun ini. "Samsung telah menempatkan pengembangan TIZEN sebagai prioritas utama yang dikerjakan bersama dengan proyek-proyek kunci untuk beberapa tahun terakhir," kata seorang pejabat industri yang akrab dengan masalah tersebut. "Ini akan open-source dan tersedia secara lintas-platform." TIZEN akan dibuat untuk bisa berjalan pada perangkat apapun, baik saat peluncurannya atau pembaruan di kemudian hari.
Ini bukan pertama kalinya Samsung telah mendorong pengembangan sistem operasi mereka sendiri. Pada tahun 2010, mereka merilis smartphone dengan OS bada sebagai pengembangan dari SHP (Samsung Handset Platform), sistem operasi yang awalnya digunakan untuk semua feature phone Samsung.
"Kunci yang didapatkan dari bada adalah bahwa Samsung telah memperoleh tingkatan yang lebih tinggi dari pemahaman pada perencanaan dan pengembangan sebuah OS," kata pejabat itu yang menolak kalau bada disebut telah gagal. "Jadi dalam hal ini, adalah salah untuk menyebutnya gagal. Samsung sangat mudah beradaptasi, ditunjukkan dalam keberhasilannya dalam produk TV dan bisnis ponsel."
Pengembang yang bekerja pada bada saat ini sudah menjadi bagian dari tim TIZEN.
Samsung, meskipun telah mendapat pengakuan yang terus meningkat di pasar global, namun pada kenyataannya masih terikat di mana mereka berasal. Korea bukanlah pelopor dalam mengembangkan software global yang kompetitif, seperti yang telah lama mereka lakukan untuk manufaktur hardware. Kurangnya tenaga lokal yang berbakat di bidang software menjadi salah satu sebabnya.
"Korea perlu meningkatkan kemampuan pengembangan software jika ingin tetap kompetitif terhadap model buatan Apple," kata Jay Elliot, mantan wakil presiden senior Apple. "Perusahaan harus mulai mengadopsi penggabungan hardware mereka untuk software mereka sendiri, sehingga akan memiliki produk yang lengkap."
"Samsung tanpa memiliki kontrol untuk seluruh produk mereka, baik hardware dan software, ditambah saluran distribusi mereka sendiri, tidak akan pernah menjadi penantang yang nyata [buat Apple]."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar