"Software" adalah fokus dari Samsung untuk saat ini. Samsung mungkin masih memiliki pilihan lain seperti mengadopsi strategi multi-OS. Namun strategi ini hanya akan membawa keuntungan sesaat karena Samsung tidak bisa mengetahui masa depan dari OS yang diluar kontrol mereka.
Samsung tentunya tidak pernah memprediksi sebelumnya ketika Google akhirnya mengakuisisi Motorola, namun begitu mereka tetap mencoba untuk bersikap optimis.
"Ini tidak akan menjadi masalah besar," kata Choi Gee-sung, vice chairman dan CEO Samsung Electronics. "Samsung memiliki sistem operasi sendiri dan kita juga bisa menggunakan sistem operasi Microsoft operasi."
CEO Choi di sela-sela acara IFA 2011 di Jerman juga sempat mengatakan kepada wartawan bahwa "perusahaannya juga dalam proses pengembangan sebuah OS lain selain bada." Sekarang mungkin Anda bisa mengatakan kalau OS itu adalah Tizen hasil kerjasama dengan Linux Foundation dan Intel.
"Daya saing dalam software, desain dan pelayanan akan lebih penting daripada sebelumnya," kata Chairman Samsung Lee Kun-hee ketika ia menghadiri "AdvAdvanced Products Comparison Exhibition" tahun lalu di kantor pusat perusahaannya di Suwon, Gyeonggi. "Kita harus mengamankan teknologi software dan bakat secara terus-menerus dengan hati dan jiwa."
Tak lama kemudian, Samsung menambah program rekrutmen untuk apa yang disebut "kategori-S". S singkatan dari software, dan itu berarti Samsung akan merekrut ahli software secara besar-besaran.
Samsung saat ini ibaratnya ada di persimpangan jalan: Apakah harus menjadi perusahaan IT yang komprehensif dengan kemampuan software atau terus menjadi produsen hardware yang terbaik. Jika memilih opsi yang pertama Samsung akan menderita di awal demi membangun kesuksesan di masa depan. Jika memilih opsi kedua, Samsung masih bisa menikmati kesuksesan seperti saat ini, tapi akan menghadapi kekuatan produsen hardware asal China yang makin makin menunjukkan kemampuannya untuk bisa memproduksi hardware lebih cepat dan lebih murah dari lainnya.
Dunia terus berputar dan semua bergantian untuk memimpin di depan. Beberapa tahun kedepan, perusahaan-perusahaan China ini akan seperti Samsung saat ini atau bahkan bisa melebihi. Samsung mulai sekarang harus menjauh dari portofolio bisnis yang berfokus pada hardware, yang membutuhkan jumlah investasi besar untuk fasilitas yang tentunya juga memiliki resiko yang besar. Perusahaan-perusahaan seperti Apple dan Microsoft telah membuktikan bahwa software jauh lebih menguntungkan daripada hardware, lebih mudah dalam membuat diferensiasi serta bisa membangun brand image yang lebih baik.
Selama ini sebenarnya Samsung sudah mencoba untuk meningkatkan kemampuan software nya. Hanya saja belum berhasil. Selain belum serius karena tidak ada motivasi keuntungan jangka pendek yang bisa diraih, juga budaya pekerja dan generasi muda Korea yang selama bertahun-tahun telah terdidik untuk lebih menyukai untuk memproduksi barang jadi.
Pada tahun 1992, Samsung mengembangkan pengolah kata komersial yang disebut Hunminjeongeum untuk bersaing dengan Hangul Word Processor (HWP) dan Microsoft Word. Tetapi Samsung gagal mempopulerkan software ini antara lain karena tidak kompatibel dengan HWP dan MS Word, dan akhirnya berakhir sebagai program internal yang digunakan di Samsung.
Cheonjiin, keypad interface untuk Hangul, alfabet Korea, merupakan salah satu produk software dari Samsung. Cheonjiin diterima dengan baik dan dipuji karena inovatif, dan menguasai sekitar setengah dari pasar keypad Hangul, namun pertikaian paten dengan pengembang telah mencegah pertumbuhan lebih lanjut dari program software ini.
Samsung dulu juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan sistem operasi Symbian dari Nokia lewat Symbian Foundation, sebelum akhirnya dibeli oleh Nokia. Persaingan antar vendor smartphone Symbian semakin tidak adil setelah Nokia kemudian hanya memberikan versi terbaru dari OS kepada produknya terlebih dahulu sebelum yang lain. Hal ini kemudian menyebabkan banyak vendor Symbian meninggalkan OS ini ke yang lain yang dipandang lebih menjanjikan persaingan yang lebih kompetitif. Nasib Symbian semakin tidak jelas setelah Nokia mengumumkan akan mengadopsi Windows Phone 7 untuk smartphone, mengurangi jumlah perangkat yang menjalankan Symbian secara bertahap.
Samsung kemudian beralih ke Android. Namun lagi-lagi dihadapkan situasi yang membuat masa depan menjadi tidak jelas setelah Google selaku pengembang dari Android mengakuisisi Motorola yang merupakan salah satu vendor/OEM dari Android, sama seperti Samsung. Menanggapi hal ini, J.K. Shin selaku presiden dari Samsung Mobile mengatakan, "Akuisisi Motorola oleh Google adalah perubahan signifikan dalam industri ini," sambil menambahkan bahwa "perusahaannya akan bekerja lebih keras untuk mengembangkan bada."
Bada adalah sistem operasi yang dikembangkan sendiri oleh Samsung untuk smartphone. Bada juga menjadi sistem operasi yang paling diandalkan oleh Samsung untuk masa depan semua produk elektroniknya, dimana semua kehebatan teknologinya telah terkonsentrasi disana.
Bada pertama kali diumumkan pada tahun 2010, namun sebenarnya Samsung telah bekerja pada platform software ini sejak tahun 2000. Platform bada berjalan pada SHP (Samsung Handset Platform), yang sebelumnya berasal dari MOCHA (Modular & Configurable Handset S/W Architecture). Berdasarkan pada platform ini, ponsel 3G pertama dengan fitur video (SGH-Z100) kemudian dirilis ke pasar Eropa. Setelah peluncurannya yang sukses, platform MOCHA digantikan oleh SHP, versi pengembangan lebih lanjut dari MOCHA, yang sekarang diterapkan pada banyak ponsel 3G. Mengikuti kepopuleran dari era smartphone, platform ini kemudian ditingkatkan lagi pada tahun 2010 dengan sebuah lapisan middleware yang disebut OSP (Open Service Platform), yang akhirnya berganti nama menjadi bada.
Untuk membuktikan keseriusannya dengan software, Samsung mendirikan OCEAN Center yag merupakan tempat yang menyediakan berbagai dukungan teknis dan peralatan yang berhubungan dengan pengembangan aplikasi dan user interface untuk platform bada seperti pada seri smartphone Wave dan Smart TV. Samsung secara resmi juga membuka Akademi Software "Samsung Software Academy" untuk memperkuat kemampuan software mereka dengan prospek jangka menengah dan jangka panjang. Akademi ini akan mempekerjakan ahli khusus dalam software.
Samsung bahkan telah mengatur divisi Media Solution Center (MSC) pada akhir 2009 sebagai bagian dari usahanya untuk menyalip Apple dan Google dalam ranah smartphone. Musim panas lalu, mereka kembali menambahkan unit baru untuk sistem perekrutan dan sumber daya manusia yang khusus dirancang untuk menemukan dan mengelola mereka yang memiliki bakat dalam hal software. Samsung juga mulai masuk ke berbagai universitas terkemuka di dunia untuk mengenalkan platform software mereka kepada mahasiswa-mahasiswa IT.
Samsung telah membuat upaya habis-habisan untuk memelihara ahli software dengan mengoperasikan program "Software Membership" sejak tahun 1991. Program ini menyediakan kesempatan pendidikan software, pelatihan di dalam dan di luar Korea, dan dukungan pengembangan. Awalnya, setiap divisi bisnis dari Samsung Electronics masing-masing memberikan berbagai program pendidikan software pada 1990-an, dan pusat-pusat spesialisasi didirikan pada tahun 2000 untuk menawarkan pendidikan software yang lebih mendalam dan profesional.
Dan yang terbaru, Samsung berencana untuk mengintegrasikan tiga pusat pendidikan software menjadi satu universitas software atau "Smart Software University." Rencana tersebut bertujuan untuk mendorong para ahli software dan meningkatkan daya saing software mereka melalui sistem pemersatu pendidikan untuk efisiensi. Sebuah koran bisnis dari Korea Selatan hari ini secara eksklusif mengabarkan bahwa Samsung telah merencanakan untuk mendirikan Universitas Software ini pada tahun 2014 di bawah skema untuk peningkatan daya saing software milik Samsung. Berdasarkan skema yang bocor ini, Samsung berencana untuk mengintegrasikan pusat-pusat pendidikan yang ada, Akademi Software, Digital City, dan pusat penelitian teknologi tinggi ke dalam satu Universitas Software.
Samsung telah membuat upaya habis-habisan untuk memelihara ahli software dengan mengoperasikan program "Software Membership" sejak tahun 1991. Program ini menyediakan kesempatan pendidikan software, pelatihan di dalam dan di luar Korea, dan dukungan pengembangan. Awalnya, setiap divisi bisnis dari Samsung Electronics masing-masing memberikan berbagai program pendidikan software pada 1990-an, dan pusat-pusat spesialisasi didirikan pada tahun 2000 untuk menawarkan pendidikan software yang lebih mendalam dan profesional.
Dan yang terbaru, Samsung berencana untuk mengintegrasikan tiga pusat pendidikan software menjadi satu universitas software atau "Smart Software University." Rencana tersebut bertujuan untuk mendorong para ahli software dan meningkatkan daya saing software mereka melalui sistem pemersatu pendidikan untuk efisiensi. Sebuah koran bisnis dari Korea Selatan hari ini secara eksklusif mengabarkan bahwa Samsung telah merencanakan untuk mendirikan Universitas Software ini pada tahun 2014 di bawah skema untuk peningkatan daya saing software milik Samsung. Berdasarkan skema yang bocor ini, Samsung berencana untuk mengintegrasikan pusat-pusat pendidikan yang ada, Akademi Software, Digital City, dan pusat penelitian teknologi tinggi ke dalam satu Universitas Software.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar