Laman

Senin, 30 April 2012

Apakah generasi berikutnya dari bada adalah Tizen?


Samsung bada diluncurkan pertama kali pada awal Desember 2009 di London, sedangkan perangkat pertama bada, yaitu Samsung Wave (model: GT-S8500) diluncurkan pertama pada Mobile World Congress (MWC) 2010 di Barcelona dan pertama kali dirilis pada pertengahan 2010 di beberapa negara Eropa.

Menurut Samsung, bada adalah platform smartphone yang bersifat user-interaktif dan berorientasi-layanan yang memungkinkan Anda untuk membuat aplikasi kaya fitur untuk perangkat bada dengan menggunakan pemrograman C++, flash, dan Web. Platform Samsung bada menyediakan 2 jenis framework untuk pengembangan aplikasi: framework C++ dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi C++ atau flash, dan framework Web dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi Web.

Arsitektur bada

Berdasarkan arsitektur yang digunakan, bada terdiri dari 4 lapisan, yaitu kernel, device, service dan framework. Lapisan Kernel bada dapat didasarkan pada real-time operating system (RTOS) atau Linux kernel, tergantung pada konfigurasi hardware. Mulai dari versi awal (bada 1.x) hingga yang terbaru (bada 2.x), platform bada berjalan pada RTOS. Tidak sendirian, platform mobile lama seperti Symbian, Windows CE (yang digunakan oleh Microsoft sebagai kernel dari OS Windows Mobile dan Windows Phone 7) dan QNX (OS pada BlackBerry Playbook) juga berbasis RTOS.

Menurut ROA Group, sebuah perusahaan konsultan industri mobile, bada adalah sebuah platform software yang dibentuk berdasarkan dari sistem operasi Nucleus, yang merupakan sebuah RTOS yang dikembangkan oleh Mento Graphics. Samsung membayar kontrak lisensi dari Nucleus OS melalui AT Korea, reseller dari Mento Graphics. Kemudian, oleh Samsung diatasnya ditambahkan sebuah lapisan middleware, yang disebut OSP (Open Service Platform) di mana Anda bisa mengembangkan berbagai aplikasi atau mengunduh berbagai aplikasi dari toko aplikasi Samsung.

OS Nucleus memiliki kemampuan untuk mengubah featurephone menjadi smartphone, dan Samsung sebenarnya telah menggunakan OS Nucleus pada beberapa ponsel layar sentuh sebelumnya seperti Samsung Jet (GT-S8003) yang memiliki slogan "Smarter than Smartphone" walaupun pada dasarnya Samsung Jet belum masuk kategori smartphone. Ada beberapa keuntungan buat Samsung dalam menggunakan OS ini, yaitu adanya dukungan multitasking serta memiliki kemampuan untuk menjalankan TouchWiz UI dengan sempurna. Salah satu petinggi dari Samsung menyebutkan bahwa "perangkat yang berjalan diatas platform bada bisa dikategorikan sebagai smartphone, meskipun awalnya bukan diciptakan sebagai smartphone."

Dan seperti disebutkan sebelumnya bahwa bada bisa didasarkan pada RTOS (dalam hal ini OS Nucleus) atau Linux Kernel, mungkin kini saatnya Samsung akan melakukan pergantian itu. Apa alasannya? Banyak yang bisa disebutkan disini, misalnya Linux bersifat free dan open source sedangkan untuk Nucleus harus membayar lisensi, atau Samsung membutuhkaan kernel (yang dalam hal ini bisa diibaratkan sebagai pondasi) yang kuat dan fleksibel untuk platform software mereka agar bisa bersaing dengan Apple iOS atau Google Android. Yang jelas pindah dari RTOS ke Linux akan memiliki beberapa keunggulan kunci dalam biaya dan skala dan dapat memberikan keuntungan yang signifikan dalam banyak situasi, terutama dalam hal mengakses keuntungan open source dari Linux.

Alasan lainnya mungkin terkait dengan tujuan akhir Samsung untuk membangun konvergensi diantara semua perangkat elektronik buatannya melalui satu platform software tunggal dan satu ekosistem untuk semua. Produk Smart TV mereka saat ini (yang dirilis tahun 2012) sudah menggunakan platform software yang berbasis Linux yang disebut Samsung OS 3.0, yang didasarkan pada HTML5 dan Javascript untuk aplikasinya. Jadi Samsung saat ini memiliki 2 sistem operasi yang berjalan pada Linux dengan aplikasi yang berbasis web, Samsung OS 3.0 dan Tizen. Apakah Samsung OS 3.0 adalah bada 3.0? Samsung pernah mengatakan seperti ini:

"Kami memiliki rencana untuk memiliki platform tunggal untuk TV dan ponsel Samsung," kata Kevin Lee kyeong-sik, wakil presiden di divisi Samsung Visual Display, dalam sebuah wawancara dengan Reuter.

Sebelum bada, Samsung sebenarnya telah memiliki platform smartphone yang bernama SLP (Samsung Linux Platform). Samsung Linux Platform (SLP) adalah sebuah sistem operasi mobile berbasis kernel Linux dan server X.org. Samsung telah memulai proyek jangka panjang untuk pengembangan platform mobile yang murni berbasis Linux ini pada tahun 2007 dengan LiMo (Linux Mobile) Foundation melalui XO v1.0. Berkembang dari XO v1.0, SLP berubah dan berkembang dengan memiliki beberapa fitur, seperti penggantian window system menjadi X Window, serta dukungan untuk EFL (Enlightenment Foundation Library) untuk aplikasi. Smartphone pertama yang menjalankan software SLP adalah Vodafone 360 Samsung H1/M1 ​​yang dirilis pada bulan Juni hingga September 2009.

Untuk memperkuat platform SLP, Samsung merekrut pendiri EFL (Enlightenment Foundation Libraries) Carsten Haitzler sekitar 3 tahun yang lalu. Samsung sangat menyukai EFL, karena berdasarkan pengujian internal perusahaan, EFL memiliki kinerja yang lebih cepat jika dibandingkan dengan GTK+, X11 dan DirectFB (dikombinasi), software rendering yang sangat cepat (untuk semua kesempatan), dukungan akselerasi OpenGL dan OpenGL-ES2.0 yang solid selama bertahun-tahun, dan kinerja 60fps+ pada umumnya smartphone yang menggunakannya yang saat ini setara dengan perangkat Android high-end berkualitas tinggi.

Arsitektur Tizen

SLP dan EFL kemudian berubah menjadi Tizen, sebuah proyek sistem operasi mobile open source dari Linux Foundation dengan pengarah teknis oleh Samsung dan Intel. Tizen diposisikan sebagai sistem operasi yang bersifat free dan open source untuk perangkat seperti smartphone, tablet, Smart TV, Netbook dan sistem IVI (In-Vehicle Infotainment).

Selain memiliki kinerja yang cepat serta akselerasi hardware yang solid, EFL dipandang oleh Samsung juga sangat relevan untuk banyak perangkat mobile yang dijual dengan memori terbatas (mungkin 128Mb, 256Mb, atau 512Mb) karena perangkat dengan EFL hampir tidak pernah menggunakan swap (Flash memiliki fungsi write yang terbatas, sehingga swap dapat memperpendek umur perangkat). EFL juga relevan untuk perangkat low end yang mungkin banyak yang tidak memiliki GPU (sehingga diperlukan rendering software yang layak sebagai penggantinya).

Jadi untuk kinerja dan masa depan yang lebih baik dan menguntungkan, Samsung mungkin akan mengganti kernel RTOS dengan Linux dan Nucleus OS dengan SLP/EFL untuk diintegrasikan dengan framework dan service dari bada (termasuk dengan SDK dan API). Pergantian ini tentunya tidak akan berpengaruh banyak pada pengguna bada dari sisi user experience. Konsistensi Samsung dalam menghadirkan user interface yang sama untuk semua smartphonenya, baik yang menggunakan bada, Android maupun Tizen akan memiliki dampak positif disini.

Arsitektur bada + Tizen?

Kemudian apa bedanya bada dengan Tizen?

"Kami akan berusaha untuk menggabungkan bada dan Tizen," kata Kang Tae-jin, Senior Vice President of Samsung Contents Planning Team dalam sebuah wawancara di pameran teknologi Consumer Electronics Show (CES) 2012 dengan Elizabeth Woyke, staf wanita keturunan Korea dari Forbes. Kang juga mengatakan bahwa selama pasca-integrasi, pengembang bada dan Tizen akan diberikan tool software yang sama (SDK dan API).

Namun secara resmi, Samsung kemudian membantah penggabungan bada dan Tizen. "Samsung dan anggota lain dari Tizen Association belum membuat keputusan tegas mengenai penggabungan dari bada dan Tizen," kata Samsung dalam pernyataannya. "Kami secara hati-hati melihat hal itu rebagai pilihan untuk membuat platform ini bisa lebih baik dalam pelayanan buat pengguna. Sebagai bagian penting dari portofolio multi-platform dari Samsung, bada akan terus memainkan peran penting dalam mendemokratisasi pengalaman smartphone di semua pasar. Samsung juga akan mendukung pengembangan berbasis open source dan terus bekerja sama dengan para pemangku kepentingan industri lainnya."

Saat di Mobile World Congress (MWC) 2012 yang berlangsung di Barcelona pada akhir Februari kemarin, Kang sekali lagi mengatakan bahwa Samsung memiliki keinginan untuk menggabungkan bada dengan platform lain pada waktunya.

"Kami mengembangkan bada dengan tujuan membuka peluang sejak awal," kata Kang. "Kami akan mengkonsolidasikan dengan platform lain dan membukanya pada waktu yang tepat." Dia tidak merinci kapan tanggal yang dimaksud.

Setelah diserahkannya proyek pengembangan Tizen kepada Linux Foundation, Samsung memang bukan lagi pengambil keputusan tunggal untuk mengontrol masa depan Tizen. Bisa jadi Tizen akan tetap sebagai platform software yang free dan open source yang digunakan oleh banyak vendor, termasuk Samsung, dan bada akan tetap menjadi platform proprietary Samsung dengan generasi berikutnya yang memiliki arsitektur dan dukungan aplikasi yang sama dengan Tizen.

Seperti pernah saya sebutkan sebelumnya, sistem operasi yang sukses adalah sistem operasi yang bisa bertahan cukup lama untuk secara terus menerus bisa memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Untuk itu, pemilik sistem operasi harus memiliki kesabaran dan sumber daya terbaik untuk mengarahkan sistem operasi menuju arah yang ingin diinginkan. Pendanaan juga sangat penting karena tidak sedikit waktu yang dibutuhkan untuk membuat OS yang baik dan tidak murah untuk menggaji orang-orang terbaik di bidangnya. Kesempatan yang terbaik akan selalu datang jika Anda memiliki semua itu disamping diferensiasi produk yang baik.

Anda sudah siap dengan generasi baru dari platform bada?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar